BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seperti yang dijelaskan oleh Ngalim Purwanto dalam
bukunya Ilmu Pendidikan, bahwa “pendidikan adalah segala usaha orang
dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani
dan rohaninya kearah kedewasaan”.[1]
Akan tetapi dalam hal mendidik anak tidak hanya menjadi tanggung jawab
guru/pendidik saja, keluarga juga mempunyai peran yang tidak kalah penting
dalam mendidikk anak, karena orang tua merupakan figur bagi anak dan juga
pengalaman pertama yang diperoleh oleh seorang anak adalah melalui keluarga
(orang tuanya). Hal tersebut selaras dengan pendapat seorang ahli pendidikan
yakni, Ki Hajar Dewantara sebagaimana yang terdapat dalam bukunya karangan Abu
Ahmadi, yang menyebutkan bahwa pusat pendidikan ada tiga macam yang dikenal
dengan Tri Pusat Pendidikan dan beliau meletakkan keluarga sebagai lembaga
pendidikan utama sebelum menginjak pada lembaga pendidikan selanjutnya yaitu
lembaga pendidikan sekolah, setelah masyarakat.[2]
Keterlibatan orang tua dalam memberikan bimbingan dan
arahan bagi anak akan sangat menentukan keberhasilan anak pada tahap
selanjutnya, seperti yang dijelaskan oleh para pakar psikologi seperti John Lock
mengatakan bahwa anak itu dibentuk sekehendak pendidikannya atau dengan kata
lain segala kecakapan dan pengetahuan anak itu timbul dari pengalaman yang
masuk melalui alat inderanya.[3]
Apa yang dijelaskan oleh John Lock di atas, sesuai
dengan Hadis Nabi yang berbunyi:
كل مولود يولد على الفطرة حتى يعرب عنه لسانه فابواه
يهودانه او ينصرانه اويمجسا نه (رواه الاسود ابن سريع)
Artinya: “ Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah sehingga
lisannya dapat mengungkapkan kehedndak dirinya, maka orang tuanyalah yang
menjadikannya sebagai orang Yahudi, Nashrani atau Majusi” (HR. Al-Aswad
Ibnu Syurai)[4]
Dari beberapa pendapat di atas sangat jelas bahwa
orang tua mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kehidupan anak, maka
kemampuan orang tua dalam hal memberikan kasih sayang akan menyebabkan anak
merasa nyaman berada dalam keluarga tersebut, sehingga anak mempunyai figur
dari keluarganya untuk dijadikan acuan dalam kehidupannya, serta akan
termotivasi dalam belajarnya, karena anak tersebut sudah mendapatkan figur
dalam keluarganya, maka ketika anak itu bergaul dalam lingkungan masyarakat
akan selalu menunjukkan tingkah laku yang baik yang menyebabkan anak tersebut
akan banyak disenangi oleh orang-orang di sekitarnya maka ia akan merasa
gampang dalam menjalin relasi dengan siapapun.
Namun kenyataanya pada masa sekarang ini dampak dari
pesatnya kemajuan di segala bidang, banyak para orang tua yang tadinya dapat
mencurahkan tenaga dan fikirannya dalam mengurus rumah tangga dan pendidikan
anak sudah sangat berkurang, mereka sibuk dengan pekerjaannya di luar rumah,
sehingga tugas untuk mendidik anak sebagian besar diserahkan pada pihak
sekolah.[5]
Kalau kita perhatikan di media-media baik cetak maupun
elektronik banyak tayangan-tayangan yang tidak sepantasnya dipublikasikan
kehadapan umum, karena jika anak melihat tayangan-tayangan yang tidak
sepantasnya tampa didampingi orang tuanya, nantinya itu akan terpengaruh dan
banyak dampak negatifknya, terutama pada tingkah laku anak, akibat tingkah laku
orang tua yang kurang memperhatikan anak akan menyebabkan tingkah laku anak kurang
terkendali seperti sikap anak yang terlalu agresif, sikap anak ayang baik
terhadap teman sebayanya lebih-lebih sikap yang kurang baik terhadap gurunya.
Kalau di lingkungan sekolah anak sudah terbiasa bersikap demikian, maka anak
tersebut kurang biasa beremosionalisasi dalam lingkungan masyarakat, sehingga
kedepannya anak tersebut sulit untuk menemukan relasi dalam hidupnya.
Nah disinilah orang tua berperan sebagai mediator
kebudayaan bagi anak, agar anak punya prinsip yang kokoh sehingga nantinya
tidak sampai terjerumus pada hal-hal yang negatif, akan tetapi menjdi anak yang
peka terhadap lingkungannya serta menjadi anak kebanggaan keluarga dan bangsa.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas,
peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kasih
Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan”. Karena yang menjadi salah satu pertimbangan
peneliti dalam memilih lokasi peneltian tersebut, di antaranya: Pertama, ingin
mengidentifikasi mengenai Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional
Siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh. Kedua, karena
kedekatan lokasi penelitian dengan peneliti.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka
peneliti dapat mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Adakah pengaruh kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh
Kadur Pamekasan?.
2.
Seberapa besar pengaruh kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional siswa di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh
Kadur Pamekasan?
C.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kasih sayang
orang tua terhadap kecerdasan emosional di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.
b.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kasih sayang
orang tua terhadap kecerdasan emosional di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.
D.
Keguanaan Penelitian
Hasil peneletian ini akan memungkinkan memberikan
makna pada beberapa kalangan, antara lain:
1.
Bagi sekolah tinggi Agama Islam (STAI) Al-Khairat
Pamekasan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memungkinkan
memberikan kontribusi pemikiran tentang pengaruh kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional siswa dan akan menjadi salah satu sumber kajian bagi
kalangan dosen dan mahasiswa baik sebagai bahan kajian dalam perkuliahan
pendidikan agama islam maupun untuk kepentingan penelitian yang mungkin
mengenai pokok kajiannya ada kesamaan.
2.
Bagi lembaga kususnya para guru
Dengan mengetahui pentingnya kedekatan orang tua
terhadap anak, hal tersebut akan menjadi jalinan kerja sama yang baik antara
orang tua dan guru untuk membantu keberhasilan anak.
3.
Bagi orang tua
Sebagai sumbangan pemikiran yang bersifat ilmiah
sehingga orang tua diharapkan lebih mengerti terhadap kebutuhan anak akan kasih
sayangnya.
4.
Bagi peneliti
Sebagai tambahan pengetahuan dalam cakrawala berfikir
yang manyangkut tentang masalah pengaruh kasih sayang orang tua terhadap
kecerdasan emosional siswa, yang nantinya dapat menjadi bekal bagi peneliti
yang akan terjun pada suatu lembaga pendidikan atau bekal dalam kehidupan
keluarga.
E.
Asumsi Penelitian
Asumsi penelitian adalah anggapan dasar yang diyakini
kebenarannya atau dapat diterima oleh peneliti dan tidak memerlukan penlitian
kembali. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharsimi Arikunto yang mendefinisikan
asumsi dengan sebuah titik pemikiran yang keberadaanya diterima atas penyelidikan.[6]
Dalam suatu penelitian asumsi merupakan suatu hal yang
sangat penting untuk dirumuskan secara jelas sebelum melangkah pada pengumpulan
data hal ini dimaksudkan:
1.
Agar ada dasar yang kokoh bagi masalah yang sedang
diteliti.
2.
Untuk mempertegas variabel yang menjadi perhatiannya.
3.
Guna menentukan dan merumuskan hipotesis.[7].
Adapun asumsi yang penulis ajukan dalam penelitian
adalah:
- Kasih sayang orang tua merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang anak, apalagi pada masa anak-anak, karena pada masa itu merupakan masa pembentukan yang akan menentukan keberhasilan pada tahap selanjutnya.
- Kecerdasan emosional meruapakan hal yang harus dimiliki oleh setiap anak agar anak tersebut bisa berintraksi dengan baik, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
F.
Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan gabungan dari “Hipo” artinya di bawah
dan “Tesis” artinya “Kebenaran”, jadi keseluruhan hipotesis berarti “di bawah
kebenaran”. Kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) dan
baru diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah disertai dengan
bukti-bukti.[8]
Sedangkan hipotesis yang diajukan penulis dalam
penelitian ini adalah Hipotesis Kerja (Ha), jadi: “Pengaruh Kasih Sayang Orang
Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin
Bungbaruh Kadur Pamekasan”.
G.
Ruang Lingkup Penelitian
1.
Ruang lingkup materi yaitu:
a.
Tinjauan tentang kasih sayang orang tua.
b.
Tinjauan tentang kecerdasan emosional siswa.
c.
Pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional
siswa.
2.
Ruang Lingkup Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun
Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan.
H.
Definisi Istilah
Definisi istilah ini sangat dibutuhkan dalam rangka
mengemukakan pendapat terhadap makna/arti dari beberapa istilah yang ada dalam
judul penelitian tersebut, sehingga nantinya tidak akan terjadi kesalah pahaman
terhadap judul penelitian ini.
Adapun beberapa istilah yang perlu didefinisikan
antara lain:
- Kasih sayang orang tua adalah suatu keadaan psikologi yang akan memberikan dampak positif terhadap orang yang merasakannya. Adapun bentuk-bentuk kasih sayang orang tua adalah bimbingan, motivasi, perhatian, arahan,, serta hukuman.
- Kecerdasan emosional adalah bagaimana seseorang dapat bergaul dengan baik dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan masyarakat serta mempunyai kepekaan dan rasa toleran yang sangat tinggi terhadap sesama.
Dari defnisi istilah di atas, maka yang dimaksud
dengan pengaruh kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional anak adalah
suatu internalisasi perasaan kasih sayang ke dalam diri anak, yang kemudian
dapat memberikan dampak postif bagi perkembangan kecerdasan emosional anak yang
dapat diaktualisasikan dalam bentuk interaksi dengan baik dalam lingkungan
keluarga, sekolah maupun masyarakat.
I.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Pengertian Kasih Sayang Orang Tua
Di dalam kamus umum bahasa Indonesia Kasih diartikan
sebuah perasaan sayang, cinta atau suka. Sedangkan Sayang diartikan
kasihan.[9]
Kasih sayang orang tua merupakan kebutuhan paling
pokok dan paling penting bagi anak, dengan adanya kasih sayang tersebut maka
anak akan merasa akrab dan bersahabat dengan orang tuanya. Sehingga anak
tersebut akan terbuka dan jujur dalam mengungkapkan berbagai persoalan yang
mereka hadapi kepada orang tuanya. Akan tetapi yang perlu diperhatikan orang
tua bahwa dalam mewujudkan bentuk kasih sayang pada anak-anaknya jangan sampai
berlebih-lebihan, karena perhatian dan kasih sayang orang tua melebihi batas
akan menyebabkan menjadi manja dan timbulnya kepuasan dalam diri anak terhadap
keadaan yang ia miliki yang akhirnya memicu keputus asaan serta kegagalan di
masa depannya.
Kasih sayang akan membentuk ruh dan psikologis anak
sebagaimana halnya makanan membentuk tubuh dan fisik. Kekurangan dalam
memberikan makanan akan menimbulkan efek-efek yang negatif terhadap tubuh,
begitu juga kurangnya kasih sayang atau kelebihan dalam memberikan kasih sayang
kepada anak akan membentuk kondisi psikologis yang tidak seimbang.[10]
Di dalam al-Qur’an dijelaskan pada surat al-Tahrim sebagai berikut:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3‹Î=÷dr&ur #Y‘$tR ! (التحريم :6 )
Dari ayat di
atas dapat dipahami bahwa kita harus berusaha untuk memberikan bimbingan,
arahan, motivasi dengan penuh hikmah
dengan landasan kasih sayang yang sesuai dengan koridor syari’ah terhadap
keluarga demi terwujudnya keluarga yang sakinah dan selamat dunia akhirat.
Dan pada
dasarnya hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya
hubungan kudrati antara orang tua dan anak. Pendidikan keluarga didasarkan pada
perasaan cinta, kasih sayang yang murni. Rasa cinta dan kasih sayang inilah
yang menjadi sumber kekuatan yang tak kunjung padam dari orang tua untuk
memberi bimbingan dan pertolongan yang dibutuhkan oleh anak.
a.
Hubungan Orang Tua dengan Anak
Secara fitrah,
sesungguhnya Allah telah meletakkan pada hati setiap orang tua rasa cinta dan
kasih sayang terhadap anak-anak mereka, perasaan inilah yang mendorong mereka
untuk mengasuh, membimbing dan mendidik anak-anaknya agar kelak menjadi
generasi yang shaleh, yang bisa berbakti kepada kedua orang tua, agama, nusa
dan bangsa. Tanpa perasaan seperti ini tidak mungkin mereka dapat bersabar atau
bersedia bersusah payah, menderita, memikul beban nafkah yang amat berat dengan
bekerja, dan bahkan tak kenal istirahat.
Bila seorang anak dilahirkan ke dunia dan menemukan
kedua orang tuanya dalam suasana amat harmonis dan rukun, maka anak tersebut
akan tumbuh dan berkembang dalam suasana ketentraman dan ketenangan, apabila
seorang anak menyaksikan bahwa disiplin rumah tangga dan hubungan kekeluargaan
berjalan di atas landasan hukum Islam. Hal itu akan memberikan pengaruh yang
positif terhadap perkembangan kepribadiannya.
Bila di dalam rumah, si anak menemukan ikatan yang
penuh dengan rasa kasih sayang dimana seorang ibu melakukan tugas dan fungsinya dengan baik, maka hal itu
akan memberikan pengaruh yang positif pula terhadap ketentraman jiwa si anak serta moral dan perilakunya begitu pula
sebaliknya.[12]
b.
Bentuk-Bentuk Kasih Sayang Orang Tua
Adapun bentuk-bentuk kasih sayang orang tua menurut Reza Farhadian, dalam
bukunya yang berjudul ‘’Menjadi orang tua pendidik’’ antara lain disebutkan ;
1)
Memberikan perhatian dan pengawasan .
Orang tua sebagai guru di lingkungan keluarga
hendaknya selalu memberikan motivasi dalam bentuk perhatian dan pengawasan baik
dalam tingkah laku anak di rumah maupun di lingkungan sekolah dan masyarakat.
2)
Pemrberian bimbingan
Bimbingan
adalah suatu proses bantuan yang diberikan kepada seseorang agar bisa mengembangkan
potensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri , mengerti
persoalan-persoalan, sehingga mereka dapat bertanggung jawab tanpa bergantung
kepada orang lain.[13]
Jadi yang dimaksud pemberian bimbingan di sini adalah
bimbingan orang tua pada anaknya untuk mencapai keberhasilan belajar sehingga
akan memperoleh hasil yang baik dari kegiatan belajar yang dilakukan.
3)
Memberikan motivasi
Motivasi adalah
dorongan yang terang kepada pemenuhan psikis atau rohaniyah.[14] Jadi
motivasi dari orang tua sangat diperlukan oleh seorang anak yang saatnya berfungsi sebagai pendorong bagi anak untuk
melakukan hal yang positif.
4)
Memberikan nasihat dan teguran
Memberikan nasihat
dan teguran merupakan salah satu bentuk kasih sayang orang tua yang
dapat menentukan keberhasilan dalam hidupnya, karena dengan adanya nasihat
orang tua, anak bisa membedakan hal yang pantas dilakukan dan yang tidak. Oleh
karena itu sebagai orang tua hendaknya memberikan teguran dikala anak melakukan
pelanggaran. Teguran itu hendaknya diberikan kepada anak yang baru satu atau
dua kali melakukan pelanggaran, yang hal itu dapat berupa kata-kata tetapi
dapat juga berupa isyarat seperti pandangan muka yang tajam, menunjukkan jari
dan sebagainya.
Berikut ini, merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian nasihat:
a)
Jangan memberikan nasihat disaat suasana hati anak
sedang malas, bingung ataupun gelisah, karena hanya membuat mereka dipojokkan,
akibatnya nasihat menjadi tak berguna dan menimbulkan rasa benci anak kepada
orang tuanya.
b)
Pilih suasana hati gembira. Orang tua hendaknya
menyiapkan terlebih dahulu nasihat yang ingin diberikan sampai suasana hati
anak jadi terang dan gembira kembali.
c)
Memberikan nasihat lewat cerita. Melalui kreativitas
cerita, anak disadarkan akan kesalahannya, tanpa merasa disalahkan.
d)
Tidak terlalu sering memberi nasihat. Karena pemberian
nasihat yang terlalu sering akan mengakibatkan anak menjadi bosan dan kesal
mendengarkan, jika waktunya tidak tepat lebih baik nasihatnya diterangkan
terlebih dahulu.
e)
Sebatas kemampuan anak. Jangan memberikan nasihat
tentang suatu yang masih berada di luar jangkauan anak. Jadi di dalam
memberikan nasihat harus disampaikan dengan taraf kemampuan anak
f)
Kembali pada al-Qur’an dan Hadits. Sesungguhnya di
dalam al-Qur’an dan Hadits terdapat begitu banyak isi teladan yang harus
disampaikan kepada anak. Bahkan di setiap persoalan kehidupan ini dapat
diberikan landasan ayat dan hadits sebagai pedoman untuk menyelesaikannya.
Orang tua hendaknya meluangkan waktu khusus untuk mengetengahkan pembahasan
ayat dan hadits untuk anak. Kebiasaan ini akan menimbulkan kecintaan anak pada al-Qur’an dan Hadits dan memupuk kebutuhan
mereka .[15]
5.
Memberikan hukuman
Hukuman adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak
secara sadar dan sengaja sehingga menimbulkan nestapa, dan dengan adanya
nestapa itu anak akan menjadi sadar dan berjanji di dalam hatinya, untuk tidak
mengulangi kesalahan lagi.[16]
Sanksi hukuman akan sangat mendukung kemajuan dalam
meningkatkan prestasi belajarnya, bila di rumah orang tua lebih banyak
memberikan nasihat akan masih kurang memperhatikan nasihat-nasihat tersebut,
maka jalan satu-satunya yang harus ditempuh orang tua adalah memberikan hukuman
atau sanksi.
Pemberian hukuman pada anak akan menjadi alat motivasi
bila dilakukan dengan pendekatan edukatif dan bijaksana dalam artian harus
tetap ada rasa kasih sayang serta unsur mendidiknya, agar tidak menimbulkan
pengaruh psikologis dan fisik negatif pada anak, dengan demikian anak tidak
menjadi takut, justru lebih giat dalam segala hal.
c.
Tanggung Jawab Keluarga terhadap Anak
Kehidupan seorang anak dalam keluarga secara alamiah
memberikan adanya tanggung jawab dari pihak orang tua, tanggung jawab ini
didasarkan atas motivasi cinta kasih yang pada hakikatnya juga dijiwai oleh
tanggung jawab moral, secara sadar orang tua mengemban kewajiban untuk
memelihara dan membina anaknya sampai ia mampu berdiri sendiri (dewasa) baik
secara fisik, emosional, ekonomi, maupun moral. Sedikitnya orang tua telah
meletakkan dasar-dasar untuk mandiri.
Adapun tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
antara lain meliputi:
1.
Dorongan atau motivasi. Cinta kasih yang menjiwai
hubungan orang tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan
rela menerima tanggung jawab dan mengabdikan hidupnya untuk sang anak.
2.
Dorongan atau motivasi kewajiban moral, sebagai
konsekuensi kedudukan orang tua terhadap keturunannya, tanggung jawab moral ini
meliputi nilai-nilai religius sepritual yang dijiawai ketuhanan yang maha esa
dan agama masing-masaing, disamping didorong oleh kesadaran memelihara martabat
dan kehormatan keluarga.
3.
Tanggung jawab emosional sebagai bagian dari keluarga
yang pada gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan Negara
bahkan kemanusiaan, tanggung jawab emosional ini merupakan perwujudan kesadaran
dan kesatuan keyakinan. [17]
d.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kasih Sayang
Orang Tua
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kurangnya kasih
sayang orang tua menurut Resa Farhadian dalam bukunya menjadi orang tua
pendidik, adalah sebagai berikut:
1)
Keadaan psikologis orang tua.
2)
Kurangnya kesadaran orang tua akan pentingnya kasih
sayang.
3)
Banyaknya kegiatan
orang tua di luar rumah.
4)
Pendidikan orang tua.
5)
Ketidak harmonisan orang tua.
6)
Keadaan ekonomi.
Menurut Farrington (1978: 87-90) dari hasil
penelitiannya menyatakan bahwa: “Sikap orang tua yang kasar dan keras, perilaku
orang tua yang menyimpang, dinginnya hubungan antara orang tua dan anak, antara
ayah dan ibu, orang tua yang bercerai, dan ekonomi lemah, menjadi pendorong
utama anak untuk berperilaku agresif, perilaku pada umur 8 tahun sampai 10
tahun mempengaruhi perilaku agresif mereka pada umur 17 tahun dan 18 tahun.[18]
- Pengertian Kecerdasan Emosional
Sebelum menginjak pada definisi atau pengertian
kecerdasan emosional terlebih dahulu peneliti akan menjelaskan tentang
kecerdasan.
Kecerdasan dalam bahasa Inggris disebut Intelegency
sedangkan dalam bahasa Arab disebut al-Dzaki menurut bahasa
pemahaman atau kecakapan dan
kesempurnaan sesuatu.[19]
Sedangkan para tokoh barat seperti David Weschler
memberikan rumusan tentang kecerdasan sebagai suatu kapasitas umum dari
individu untuk bertindak, berfikir rasional, dan berinteraksi dengan lingkungan
secara efektif. Gardner
mendefinisikan tentang kecerdasan sebagai berikut:
a)
Kecerdasan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupannya.
b)
Kecerdasan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.
c)
Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu
yang bermanfaat di dalam kehidupannya.[20]
Definisi tersebut dilandasi oleh pandangan Gardner yang didasarkan atas teori multikultural, menurut Gardner ada tujuh macam
kecerdasan:
a)
Intellegensi linguistic-verbal
Merupakan kecakapan berfikir melalui kata-kata,
menggunakan bahasa untuk menyatakan dan memaknai arti yang kompleks.
b)
Kecerdasan matematis-logis
Kecakapan untuk menghitung, mengkuantitatif,
merumuskan proposisi dan hipotesis, serta memecahkan perhitungan matematis yang
kompleks.
c)
Kecedasan ruang-visual
Merupakan kecakapan berfikir dalam ruang tiga demensi.
d)
Kecerdasan kenestetik
Kecakapan melakukan gerakan dan keterampilan,
kecekatan fisik seperti dalam olah raga, atletik, menari, kerajinan tangan dan
lain-lain.
e)
Kecerdasan musik
Kecakapan untuk menghasilkan dan menghargai musik,
sensitivitas terhadap melodi, ritme, tangga nada, menghargai bentuk-bentuk
ekspresi musik.
f)
Kecerdasan hubungan sosial
Kecakapan memahami atau merespon serta berinteraksi
dengan orang lain dengan tepat, watak tempramen, motivatsi dan kecendrungan
terhadap orang lain.
g)
Kecerdasan kerohanian.
Kecakapan memahami kehidupan emosional, membedakan
emosi orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.
Dari apa yang sudah dipaparkan di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan adalah suatu potensi yang dimilki oleh seseorang
sebagai bekal dalam kehidupan.
Emosionalisasi itu: “Sebagai proses belajar yang
membimbing anak kearah perkembangan kepribadian emosional, sehingga dapat
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif”.[21]
Dari beberapa penjelasan di atas maka dapat diambil
kesimpulan bahwa: kecerdasan emosional adalah kematangan dalam hubungan emosional
terhadap norma-norma kelompok dan moral serta tradisi, agar ia bisa meleburkan
diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi serta bekerja sama dengan
baik.
- Komponen-Komponen yang Mendorong Tumbuhnya Rasa Emosional Anak
1)
Adanya keteladanan
Kecerdasan merupakan metode terbaik dalam pendidikan,
apalagi dalam periode awal masa anak-anak. Keteladanan yang baik pada periode
ini berasal dari ayah dan ibu, kemudian dari anggota lainnya. Kemampuan anak
dalam meniru sesuatu lebih cepat dari apa yang kita bayangkan. Seorang anak
yang sejak bayi sudah hidup dalam sebuah keluarga yang penuh wibawa, maka nantinya anak tersebut
akan meniru apa yang telah ia lihat dalam lingkungan keluarga tersebut. Seorang
anak yang melihat kedua orang tuanya bermusyawarah, berperilaku yang baik, anak
tersebut nantinya akan tumbuh dan berkembang di atas fondasi pemusyawaratan
dalam kehidupan bermasyarakat.
2)
Keluarga ideal
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa keharmonisan
keluarga berpengaruh besar terhadap pertumbuhan perasaan anak, serta
pembentukan segi kejiwaanya secara umum. Dalam kenyataanya, pertumbuhan jiwa
anak dapat mempengaruhi perkembangan emosionalnya, serta aspek-aspek yang lain,
karena itu apabila dalam sebuah keluarga sering terjadi percekcokan hal itu
sangat mengganggu pada keadaan psikologis anak, anak tersebut akan menjadi anak
yang minder, menutup diri dan jarang bergaul dengan orang lain, semangat
bermasyarakat pun sangat tipis, akan tetapi sebaliknya, apabila dalam sebuah
keluarga tersebut harmonis, anak selalu mendapatkan kasih sayang maka nantinya anak
tersebut menjadi anak pemberani, akan gampang bergaul dengan orang lain dan
tentunya anak tersebut mempunyai semangat bermasyarakat yang tinggi.
3)
Bermain Bersama
Bermain merupakan kebutuhan pokok bagi anak, permainan
dapat membantu merealisasikan beberapa aspek dalam kepribadian anak, di
antaranya perkembangan fisik, psikologis, bermasyarakat (emosional) dan
kecerdasan. [22]
- Langkah-Langkah Pembinaan Emosional Anak
1)
Melatih keberanian anak untuk menyampaikan
pendapat-pendapatnya tentang persoalan-persoalan yang dihadapinya di masa-masa
yang akan datang
2)
Melatih kepekaan anak terhadap berbagai persoalan dan
problematika yang dihadapi oleh masyarakatnya, sehingga mereka dapat
berinteraksi secara positif dengan berbagai persoalan dan problematika
tersebut.
3)
Menjelaskan pendapat-pendapatnya yang salah dan
membiarkannya menerangkan kesalahan tersebut sesuai dengan caranya sendiri,
sehingga ia dapat mengambil keputusan yang pantas dan tidak keluar dari
kerangka berfikir logis.
4)
Mengemukakan pendapat orang-orang dewasa dan
menjelaskan keberanian yang ada di dalamnya, berfikir secara sendirinya tentang
bagaimana melakukan keputusan yang benar.
5)
Melatih anak untuk berdiskusi secara bebas dan
berdialog dengan terang tentang berbagai persoalan agama Islam dan problematika
keduniaan sehingga anak tersebut merasa rendah diri ketika harus mencari
solusinya, akan tetapi sebaiknya ia akan memiliki keberanian dalam
menyelesaikan persoalan yang ada dan
mampu menjelaskan tentang hal-hal yang benar dan salah dalam persoalan yang
dihadapi tersebut.
6)
Mepersiapkan kepribadian anak yang siap secara mantap,
rasional dan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa depannya. [23]
- Pengaruh Kasih Sayang Orang Tua terhadap Kecerdasan Emosional Anak.
a.
Membentuk anak yang berakhlaq mulia
Seorang anak menjalankan kehidupannya di dalam
lingkungan keluarga. Oleh karena itu, keluarga sangat bertanggung jawab dalam
mengajarkan anak tentang berbagi macam perilaku islam. Keluarga juga
bertanggung jawab untuk membekali anak dengan nilai-nilai pendidikan dan emosional
yang baik. Pentingnya peran keluarga juga dapat dilihat dari sebuah kenyataan
bahwa pengalaman pertama dalam kehidupan anak merupakan fondasi dalam
pembentukan kepribadiannya. Maka di dalam keluarga inilah terbentuknya
karakteristik- karakteristik dan unsur-unsur keperibadian anak yang akan
digunakan secara terus menerus sepanjang hidupnya.
Dari sini sangat diharapkan adanya kerja sama, baik
dari pihak keluarga maupun sekolah dalam rangka pembetukan kepribadian anak.
Nah, apabila pihak keluarga memiliki banyak kesibukan di tengah-tengah
masyarakat, maka penting untuk diingatkan agar mereka tidak meninggalkan
pendidikan anak. Disamping itu pihak keluarga juga memiliki kewajiban untuk
membina anak supaya dapat hidup berperan aktif dalam menata kehidupan ini, hal
tersebut dapat dilaksanakan dengan cara memperkenalkan anak kepada berbagai
warisan masyarakat yang sejalan dengan ajaran-ajaran islam. Di mana
peninggalan-peninggalan tersebut sangat berkaitan dengan perilaku-perilaku
positif, nilai-nilai yang benar, tradisi-tradisi islam, prisnsip-prinsip islam
dan akhlaq-akhlaq yang mulia.
b.
Dampak sikap toleran terhadap sesama manusia
Dampak selanjutnya dari adanya kasih sayang orang tua
terhadap kecerdasan emosional anak adalah: terbentuknya sikap toleran terhadap
sesama manusia, kebesaran dan kekuatan pribadi, kemantapan dan kesucian dari
rasa iri dan dengki serta perasaan yang buruk akan terkendali. Maka ketika ia
berhubungan dengan orang lain akan didasari oleh sifat menghormati, tenggang
rasa, kasih sayang dan sifat sering memaafkan.
Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa pengaruh kasih
sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional anak, merupakan suatu yang
sangat signifikan bagi pertumbuhan dan perkembangan psikolgis anak yang kemudian
dapat mempengaruhi berbagai perilaku anak dalam kehidupannya. Akan tetapi
konsekuensi dari tidak adanya kasih sayang orang tua terhadap anak-anaknya
secara proporsional, maka akan muncul berbagai sikap-sikap berikut ini:
1)
Munculnya kekecewaan psikologis yang biasanya akan
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
2)
Minder dan mudah putus asa
3)
Cenderung bersikap tertutup
4)
Bersifat egois
5)
Kurang memiliki perasaan tenggang rasa
6)
Kurang memperdulikan norma berprilaku. [24]
J.
Motode Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
dengan jenis korelasional. Dikatakan demikian karena ingin mengetahui hubungan
antara dua variabel. Ada
dua variabel yang nampak dalam penelitian ini, yaitu “Kasih Sayang Orang Tua”.
Sebagai variabel bebas, dan “Kecerdasan Emosional Siswa” sebagai variabel
tergantung. Kedua variabel tersebut dirinci menjadi sub-sub variabel.
Identifikasi dan klasifikasi varibel tersebut
meliputi:
a)
Kasih sayang orang tua, sebagai variabel bebas, terdiri
dari sub variabel: arahan, bimbingan, perhatian, teguran dan hukuman
b)
Kecedasan emosional siswa, sebagai variabel tergantung,
ditandai dengan: toleran, responsif, menghargai, dan menerima.
Urgensi variabel X (kasih sayang orang tua) terhadap
valriabel Y (kecerdasan emosional) tersebut dapat ditinjau pada gambar berikut:

Keterangan:
X : Ksaih sayang orang tua
Y : Kecerdasan emosional
2.
Populasi dan Sampel
a.
Populasi
Yang dimaksud dengan populasi adalah jumlah
keseluruhan responden yang akan diteliti. Kedudukan objek sangat penting dalam
penelitian, karena tidak ada penelitian tanpa objek. Hal ini sesuai dengan apa
yang telah dikemukakan oleh Sutrisno Hadi “tidak ada risearch (penelitian) pun
tanpa objek. Sebab itu wajar sekali jika penentuan objek atau pokok persoalan menjadi
langkah yang pertama.”[25]
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV,
V dan VI Madrasah Ibtidaiyah Nahdlatun Nasyiin Bungbaruh Kadur Pamekasan tahun
pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 142
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.[26]
Penentuan sampel ini dipakai mengingat jumlah populasinya besar yakni 36 orang.
Hal tersebut merujuk pada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyatakan “Untuk
sekedar ancer-ancer apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika
populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.[27]
Merujuk pada pendapat di atas, maka
dalam penemuan sampel ini penulis mengambil 25% dari populasi yang ada yaitu
dari jumlah 142 menjadi 36. maka sampel dalam penelitian ini adalah 36 siswa.
Mengenai teknik penemuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini, adalah
melalui teknik Proportional stratified random sampling. Penggunaan
teknik sampling tersebut karena yang diteliti adalah siswa yang terdiri dari
kelas-kelas yaitu kelas IV, V dan VI
c.
Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam
pengumpulan data penelitian, adalah sebagai berikut:
1)
Metode observasi
2)
Metode interview
3)
Metode dokumentasi
4)
Metode angket
3.
Metode Observasi
Yang dimaksud obervasi adalah sebagai pengamatan
dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.[28]
Metode observasi ini digunakan untuk memperoleh data
secara pasti melalui pengamatan peneliti sendiri, sehingga memungkinkan untuk
memperoleh data yang benar-benar objektif. Semua metode mempunyai kekurangan
dan kelebihan sama halnya dengan metode observasi. Adapun kekuarangan dan
kelebihan metode observasi adalah sebagai berikut;
a.
Kelemahan Metode Observasi
1)
Kadangkala pengamatan terbawa situasi yang diamati
sehingga melupakan fungsinya yang utama
2)
Timbulnya gejala yang diobservasi sering menyulitkan
pengamat. Terutama kalau gejala itu sulit dipastikan kapan munculnya.
3)
Bahwa pelaksanaan observasi menjadi sering terganggu akibat
dari munculnya peristiwa lain yang tak terduga.
4)
Pelaksanaan observasi amat terbatas, oleh
berlangsungnya gejala tersebut, dan ini sangat menyulitkan karena ada beberapa
gejala yang berlangsung amat cepat atau sekejap mata tetapi ada gejala lain
yang berlangusng amat lama.
5)
Kadangkala tanpa disadari pengamat mencampur adukkan
antara data observasi dengan data pribadi.[29]
Adapun cara mengatasi kelemahan metode observasi
adalah sebagai berikut:
1)
Mengadakan pendekatan mengenai maksud observasi kepada
yang diobservasi
2)
Mencegah adanya saling curiga antara yang mengobservasi
dan diobservasi.
3)
Mencatat secara teliti gejala-gejala yang akan
diselidiki sehingga dalam observasi memperoleh sifat-sifat yang khusus.
4)
Dapat dibantu dengan metode interview, mengenai hal-hal
yang belum dapat dalam observasi
5)
Menentukan objek, tujuan, metode yang dapat mengubah
observasi.[30]
b.
Kelebihan metode observasi :
1)
Dapat langsung berhadapan dengan objek dan peristiwa
yang sedang terjadi
2)
Memungkinkan pencatatan yang serampak dengan terjadinya
suatu gejala.
3)
Tidak tergantung kepada self preport.
4)
Dapat memungkinkan memperoleh data yang belum diperoleh
dalam metode penyelidikan yang lain.
5)
Dapat memperoleh data yang kongkrit dalam penyelidikan.[31]
4.
Metode Interview
Menurut M. Bungin, bahwa metode interview adalah
sebuah proses memperoleh data keterangan untuk tujuan penelitian. Dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau
orang-orang yang diwawancarai.[32]
Ditinjau dari pelaksanaanya wawancara dapat dibedakan
atas:
1)
Interview bebas (inguided interview) dimana
pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang
akan dikumpulkan, dalam hal ini pewawancara tidak membawa pedoman atau
ancer-ancer apa yang akan ditanyakan, sehingga arah pertanyaan kadang-kadang
kurang terkendali namun dalam metode ini suasana interview lebih santai karena
responden tidak menyadari sepenuhnya bahwa dia sedang diinterview.
2)
Interview terpimpin (guided interview) yaitu
interview yang diadakan oleh pewawancara dengan membawa sederetan pertanyaan
lengkap dan terperinci sama halnya interview terstruktur.
3)
Interview bebas terpimpin yaitu interview yang
merupakan kombinasi antara interview bebas dan interview terpimpin, dalam
pelaksanaanya pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar
tentang hal-hal yang akan ditanyakan. [33]
Dengan motode interview penulis menggunakan metode
interview secara bebas terpimpin alasannya karena penulis ingin mendapatkan
data secara objektif. Dalam hal ini juga penulis lakukan secara pribadi.
a.
Kebaikan Metode Interview
Adapun kebaikan
metode interview adalah:
1) Tidak dibatasi oleh tingkatan umur dan
tingkatan pendidikan subjek yang diselidiki.
2)
Dalam research emosional
metode ini hampir tidak pernah ditinggalkan sebagai metode pelengkap.
3)
Dengan unsur
fleksibilitas atau keluasan yang dikandungnya metode ini cocok sekali untuk
digunakan sebagai kritum (alat falifikasi) terhadap data yang diperoleh dengan
jalan observasi, guisenir dan lain-lain.
4)
Dapat
diselenggarakan sambil mengadakan observasi
b.
Kelemahana Metode Interview
Adapun kelemahan motode interview adalah:
1)
Terlalu banyak memakan waktu, tenaga dan biaya
2)
Jalan dan isi interview sangat mudah dipengaruhi oleh
keadaan-keadaan sekitar yang memberikan tekanan-tekanan yang mengganggu.
3)
Tidak dapat dipergunakan untuk pengecekan yang efisien.
4)
Memerlukan keahlian, karena semua orang dapat
melaksanakan interview yang baik.
5)
Kebanyakan penyelidikan mempunyai prasangka terlebih
dahulu sehingga data yang diperoleh kurang objektif.[34]
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan metode
interview:
1)
Penyelidikan harus menimbulkan kerja sama dan suasana
yang bebas dan menyenangkan.
2)
Semua pihak atau responden didekati sedemikian rupa
agar pelaksanaan interview memperoleh hasil seperti yang diharapkan.
3)
Dalam interview harus menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti.
4)
Mempersiapkan terlebih dahulu daftar jawaban sehingga
nanti tinggal memberi kode
5)
Waspada dengan adanya kemungkinan dalam interview bisa
memperbesar masalah.[35]
5.
Metode Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya
barang-barang tertulis, dalam metode dokumentasi ini, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis, seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.[36]
6.
Metode Angket (koesioner)
Menurut Suharsimi Arikunto, metode angket atau
koesioner adalah “sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal ia
ketahui”.[37]
Metode ini dapat dibedakan atas beberapa jenis,
tergantung sudut pandangnya:
a.
Dipandang dari cara menjawab, antara lain:
1)
Koesioner terbuka, yang memberi kesempatan kepada
responden untuk menjawab dengan kalimatnya sendiri.
2)
Koesioner tertutup, yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih
b
Dipandang dari jawaban yang diberikan, sebagai berikut:
1)
Koesioner langsung, yaitu responden menjawab tentang
dirinya
2)
Koesioner tidak langsung, jika responden menjawab
tentang orang lain.
c.
Dipandang dari bentuknya, antara lain:
1)
Koesioner pilihan ganda, yaitu sama dengan koesioner
tertutup.
2)
Koesioner isian, yang dimaksud adalah koesioner terbuka
3)
Chek list, sebuah daftar dimana responden
tinggal menghubungkan tanda chek (√) pada kolom yang sesuai.
4)
Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah
pertanyaan diikuti oleh kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan, misalnya: mulai
dari sangat setuju samapi yang sangat tidak setuju.[38]
Metode angket ini adalah metode pokok yang digunakan
dalam rangka untuk memperoleh data pokok dan responden, yang mana siswa sebagai
responden utama dalam penelitian ini. Semua data yang akan diperoleh dari
metode selain angket adalah berstatus sebagai data penunjang, sedangkan data
pokoknya adalah data yang diperoleh melalui data angket. Sudah barang tentu
pada metode angket ini terdapat segi objektif disamping segi-segi objektif
khasnya.
a)
Kelebihan Metode Angket
1)
Tidak memerlukan hadirnya peneliti
2)
Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden
3)
Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya
masing-masing dan menurut waktu senggang responden
4)
Dapat dibuat terstandart sehingga bagi semua responden
dapat diberi pertanyaan yang benar-benar sama
b)
Kelemahan Motode Angket
1)
Responden sering tidak teliti dalam menjawab, sehinggan
ada pertanyaan yang terlewati tidak dijawab padahal sukar dilindungi diberikan
kembali kepadanya.
2)
Sering sukar dicari validitasnya.
3)
Walaupun dibuat anonym, kadang-kadang responden dengan
sengaja memberikan jawaban yang tidak betul atau tidak jujur.
4)
Seringkali tidak kembali terutama jika dikirim lewat
pos, menurut peneltian angket yang diberikan lewat pos angka pengembaliannya
sangat rendah hanya sekitar 20%
5)
Waktu pengembaliannya tidak bersama-sama bahkan
kadang-kadang ada yang terlalu lama, sehingga terlambat.
Adapun cara mengatasinya yaitu:
1)
Supaya jawaban yang diperoleh tetap, terlebih dahulu
harus ditetapkan pokok masalahnya.
2)
Pertanyaan-pertanyaan harus disusun sebaik-baiknya,
jelas, tegas dan terbatas serta mudah dimengerti.
3)
Sebarkan angket seluas-luasnya sehingga memperoleh
jawaban yang sebanyak-banyaknya.
4)
Berilah kesempatan untuk memberi jawaban
sejelas-jelasnya yang mengharapkan menjawab secara singkat hingga jelas.[39]
7.
Pengumpulan Data
a.
Pengumpulan data melalui observasi
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam metode
observasi ini, adalah:
1)
Peneliti mendatangi tempat atau lokasi yang dijadikan
obyek penelitian.
2)
Peneliti mengamati berbagai aktivitas siswa yang
berhubungan dengan kasih sayang orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa
3)
Peneliti mencatat hasil pengamatan
b.
Pengumpulan data
melalui interview
Langkah-langkah
yang dilakukan adalah:
1)
Peneliti
membuat pedoman wawancara secara terstruktur
2)
Peneliti
mendatangi responden dan memberikan pertanyaan yang telah disiapkan oleh
peneltiti
3)
Peneliti mencatat
jawaban responden.
c.
Pengumpulan data melalui dokumentasi
Dalam hal ini, langkah-langkah yang dilakukan peneleti
adalah:
1)
Peneliti mendatangi kepala madrasah untuk mendapatkan data yang berhubungan
dengan arsip-arsip tentang guru dan siswa serta fasilitas yang ada
2)
Peneliti memegang chek list untuk mencatat variabel
yang telah ditentukan sehingga jika terdapat variabel yang dicari peneliti
tinggal membubuhkan tanda chek pada tempat yang sesuai.
d.
Pengumpulan data melalui angket
Langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:
1)
Peneliti mengumpulkan responden untuk memberikan
penjelasan tentang tata cara pengisian angket
2)
Peneliti memberikan angket kepada responden
3)
Peneliti mengambil kembali angket dari responden sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
8.
Analisis Data
Analisis adalah metode yang bertujuan untuk
membuktikan benar tidaknya suatu hipotisa yang peneliti ajukan dalam skripsi
ini. Dari hasil yang diperoleh dalam penyelidikan dan dengan analisa data
menggunakan cara-cara tertentu akan memberikan interpretasi dan kemudian
melaporkan hasil atau pengumpulan data yang diperlukan.
Metode analisa data yang dipergunakan adalah metode
korelasi product moment, melukiskan hubungan antar dua gejala interval seperti:
tinggi badan dan berat badan, gejala interval adalah menggunakan skala
pengukuran jarak yang sama.[40]
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
r xy = 

Keterangan:

frekuensi sel (f) dengan x1
dan y1
Cx1 = Nilai koreksi
pada variabel x yang dapat dicari/diperoleh dengan
rumus C x1
=

Cy1 = Nilai koreksi
pada variabel x.y dapat dicari/diperoleh dengan
rumus C y1
=

MIx1 = Defiasi
standart skor x adalah arti tiap skor sebagai satu unit
(dimana i=1)
MIy1 = Defiasi
standart skor y dalam arti tiap skor sebagai satu unit
(dimana i=1)
N = Number of case.[41]
[1] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teori dan
Praktis (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994) hlm., 10
[2]
Abu Ahmadi dan Nur Ubudillah, Ilmu Pendidikan (Jakarta: Renika Cipta, 2001) hlm., 117
[3]
Purwanto, Ilmu Pendidikan, hlm, 61
[4] Sayyid
Ahmad Al-Hasyimi, Syarah Mukhtaral Hadits (Bandung: Sinar Baru, 1993)
Hlm., 669-670
[5] Ibid, hlm.,61
[6]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 1998) hlm., 61
[7]
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2000) hlm., 57
[8] Ibid.
[9]
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Jakarta:
Balai Pustaka, 1995? Hlm., 878
[10] Reza Farhadian, Menjadi Orang Tua Pendidik
(al-Huda, 2005) hlm., 64
[11]
Departemen Agama, al-Qur’an dan Terjemahannya (Jakarta: Sari Agung, 2000) hlm., 1143-1144
[12]
Khairiyah Husain Thaha, iKonsep Ibu Teladan Kajian Pendidikan Islam (Surabaya:
Risalah Gusti, 1992) hlm, 93-95
[13]
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah (Suranaya: Usaha
Nasional, 1983) hlm, 65
[14]
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarnya,
2004) hlm, 61
[15] Aziz
Mushaffa, Mendidik Buah Hati dengan Cinta (Surabaya: Pustaka Setia, 2004) hlm., 189-196
[16] Amin
Dien Indra Kusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan (Surabaya: Usaha Nasional,
1973) hlm., 147
[17] Ahmad
Patoni, Dinamika Pendidikan Anak (Jakarta:
Bina Ilmu, 2004) hlm., 114
[18] M.
Soehib, Pola Asuh Orang Tua dalam MembentukAnak Mengembangkan Disiplin Diri (Jakarta:
Rineka Cipta, 1998) hlm., 5
[19] Abdul
Mudjib, Nuansa-nuansa Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000) hlm.,
317
[20] Sukmadinata,
Landasan Psikologi, hlm, 96
[21] Samsu
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2002) hlm., 123
[22] Khatib
Ahmad Santht, Menumbuhkan Sikap Emosional, Moral dan Spritual Anak dalam
Keluarga Muslim (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 1998) hlm., 33-38
[23] Syaikh
Fuhaim Mushthofa, Mnhaj Pendidikan Anak Muslim (Kampung Melayui Kecil,
Mustaqim, 2003) hlm., 53-54
[24] Yusuf, Psikologi
Perkembangan, hlm., 126
[25]
Sutrisno Hadi, Metodologi Risearch Jilid (Yogyakarta: Andi Ofset, 1990)
hlm., 9
[26]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Prkatis (
Jakarta: Bhineka Aksara, 1998) hlm., 117
[27]
Ibid, hlm., 120
[28]
Hadi, Metodologi Research, hlm., 7
[29]
Burhan Bunngin, Metodogi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenade Media, 2005) hlm., 143-144
[30]
Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm., 146-147
[31]
Bungin, Metodologi Penelitian, hlm., 145
[32]
Ibid, hlm., 126
[33]
Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm., 145-146
[34]
Bungin, Metodologi Penelitian, hlm., 146
[35]
Bungin, Metodologi Penelitian, hlm., 130-132
[36]
Arikunto, Prosedur Penelitian, hlm., 149
[37]
Ibid, hlm., 140
[38]
Ibid, hlm., 141
[39]
Ibid, hlm., 142-143
[40]
Sutrino Hadi, Metodologi Riseach Jilid III (Yogyakarta: Andi Ofset,
1989) hlm., 272
[41]
Anas Sudijijono, Pengantar Statistik Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1997) hlm., 212
+ komentar + 2 komentar
mohon maaf,ini saya pinjam jurnal anda buat acuan penulisan tugas akhir saya.akan tetapi yg membuat hati sangat janggal ini ,di jurnal yg anda postkan tidak ada nama,kampus mana,tahun menyusunnya,fakultas,jurusan dll(covernya) terima kasih
Merit Casino - Xn--O80b910a26eepc81il5g.online
Merit Casino · Login · Login. Merit Casino. Welcome to MeritCasino! Play septcasino with the best 메리트카지노총판 bonus in online 메리트 카지노 casino gaming.
Posting Komentar